2024-08-20 01:44
Buat apa sih makan di resto terus? Gaya hidup mevvah. Begitulah komen netijen. Coba kita pandang dari sudut berbeda.
Zaman kuliah, kita biasa makan siang di warung. Sekali makan 0.6 gram emas, dan kita bahagia. Sekarang, ketemunya di tempat "yang lebih representatif", harganya 0.7 gram emas.
Sayangnya, harga kita dalam Rupiah. Harga nominal 100x lipat. Apakah 100x bahagia?
Seringkali makanan pun tidak terasa nikmat soalnya sambil bahas kerjaan.